Rapat koordinasi nasional Asosiasi Televisi Siaran Digital (ATSD) di Bandung berlangsung selama tiga hari ini, dimulai 11 Agustus 2022 dan ditutup pada 13 Agustus 2022.

Rapat ini dibuka Direktur Penyiaran Ditjen PPI Kementerian Kominfo, Geryantika Kurnia.

Rapat ATSD ini dihadiri oleh 22 stasiun televisi yang merupakan anggota dari ATSDI seluruh Indonesia.

Rapat koordinasi nasional ini diselenggarakan untuk membahas program kerja ATSDI, mengevaluasi diversifikasi konten untuk tolak ukur persaingan televisi, dan juga menyongsong revolusi industri 4.0 dengan menerapkan analog switch off (ASO).

Pada hari pertama rapat koordinasi nasional ATSD, seorang Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah atau KPID Jawa Barat, Adiyana Slamet mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 tidak akan pernah terjadi tanpa adanya ASO karena ini menjadi kunci utama terlaksananya revolusi industri 4.0.

Memang benar bahwa ASO mengambil peranan penting dalam perkembangan revolusi industri 4.0.

ASO atau analog switch off adalah perpindahan siaran televisi free to air (gratis) dari analog menuju siaran digital.

ASO juga diberlakukan untuk semua siaran televisi.

Semua stasiun televisi wajib untuk menyiarkan setiap programnya menggunakan teknologi digital dengan kualitas yang lebih baik dari analog.

Aturan ini mulai diberlakukan pada 11 November 2022, mendatang.

Semua siaran televisi menerapkan ASO bertujuan untuk mengatasi blank spot, meningkatkan kualitas internet, menerapkan jaringan 5G di semua kawasan Indonesia, dan lain sebagainya.

Ini merupakan langkah yang tepat untuk membuka pintu gerbang revolusi industri 4.0.

Menurut Adiyana, ASO akan menyisakan dividen frekuensi 112 megahertz (MHz) yang menjadi batu loncatan pertama revolusi industri 4.0.

Namun sebaliknya, tanpa adanya dividen frekuensi yang diperoleh dari ASO, telah dipastikan bahwa revolusi industri tidak akan pernah berjalan.

“Dengan demikian, masalah ASO bukan hanya masalah penyiaran melalui siaran televisi semata, tetapi menyangkut kemajuan perekonomian serta pergerakan revolusi industri di Indonesia dan dunia,” kata Adiyana, seperti yang ditulis Nur Hidayat dalam siaran pers.

Masing-masing periode revolusi industri mulai dari 1.0 sampai dengan 4.0 pastinya memiliki langkah pertama untuk membuka gerbang perubahan dunia.

Revolusi industri 1.0 memiliki loncatan pertama dalam penemuan mesin uap pada 1686.

Revolusi industri 2.0 memiliki tumpuan utama dalam penemuan listrik pada 1808.

Sementara itu, revolusi industri 3.0 ditandai dengan penemuan komputer dan internet sekitar 1930-an.

“Kini, Indonesia sampai pada revolusi industri 4.0, tetapi masih belum mengalami perubahan yang signifikan.

Padahal, negara lain sudah menggaungkan revolusi indutri 5.0,” kata Adiyana.

RACHEL FARAHDIBA R

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Intip Spesifikasi Lexus UX 300e, Mobil Listrik yang Jadi Kendaraan di G20
Next post Teuku Ryan, Suami Ria Ricis Endorse Joki Skripsi